Mbah Diyem, setiap hari mencari nafkah berjualan kerupuk puli di Pasar
Bandar, Kediri. Nenek tua sebatang kara ini berjalan kaki dari rumahnya
di lereng Gunung Klotok, Sukarame yang berjarak sekitar 14 km.
Kakinya bengkak, lehernya membengkak karena penyakit gondong menjadi
pelengkap kemiskinan yang dideritanya. Bisa dibayangkan, betapa beratnya
beban hidup mbah Diyem.
Setiap selesai berdagang, ia selalu mampir di Masjid Baiturrahman di
Jalan Penanggungan, tak jauh dari Pasar Bandar. Halaman masjid yang
dipenuhi pepohonan rindang menjadi tempat bernaung nan nyaman bagi para
musafir.
Setelah berwudhu, mbah Diyem masuk ke masjid, mengambil mukena, dan
melakukan sholat Dzuhur. Setelah membaca wirid, ia ke halaman masjid dan
mengumpulkan dedaunan yang terserak di berbagai penjuru.
Sehelai demi sehelai dikutipnya. Tak satu pun dibiarkan tertinggal di
pelataran. Dengan tenaga seorang nenek tua ditambah panasnya siang
membuatnya berpeluh sekujur tubuh.
Kelakuannya setiap hari ini membuat para takmir masjid dan pelajar SMP
Muhammadiyah yang sehari-hari berada di lingkungan masjid menjadi iba
melihatnya.
Pada suatu hari, takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan
itu sebelum sang nenek datang. Ketika mbah Diyem datang usai sholat
ingin melakukan pekerjaan rutinnya, betapa terkejut karena tidak ada
satu helai daun yang berserakan di halaman masjid.
Ia kembali ke masjid dan menangis sambil bertanya kepada semua orang
mengapa dedaunan itu sudah disapu sebelum kedatangannya. Orang di dalam
masjid menjawab, karena mereka kasihan melihatnya.
"Jika kalian kasihan melihatku, berikan kesempatan kepadaku untuk
membersihkannya." jawab mbah Diyem sembari menyeka air matanya.
Keesokan harinya mbah Diyem dibiarkan mengumpul dedaunan yang bertebaran
di halaman masjid seperti biasa. Orang-orang tak mengerti.
Seorang pelajar Kelas 2 SMP Muhammadiyah memberanikan diri bertanya, dan
mendapat jawaban, "Saya ini perempuan bodoh," tuturnya.
"Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya
jalankan. Saya mungkin tidak selamat pada hari akhirat tanpa syafaat
Nabi Muhammad S.A.W Setiap kali saya mengambil sehelai daun itu, saya
mengucapkan selawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin
Nabi datang menjemput saya. Biarlah semua daun itu menjadi saksi saya
berselawat kepadaNya"....
sumber: apakabardunia.com
0 komentar:
Posting Komentar